Upaya Meminimalisir MBA (Married By Accident)

(ini tulisan saya yang dimuat di majalah POTRET edisi 62/bulan Nopember 2012, judul diedit)




 
Sudah bukan hal yang langka lagi sekarang ini, jika kita mendengar pernikahan yang diawali dengan kehamilan pihak perempuan sebelum pernikahan itu sendiri terjadi. Ya, Married by Accident (MBA). Tragis. Jika beberapa tahun yang lalu peristiwa semacam ini masih sangat tabu di dalam masyarakat Indonesia, sekarang ini MBA sudah menjadi hal yang lumayan lumrah.
Ada dua kemungkinan terjadinya kehamilan pihak perempuan. Apakah kedua pihak (laki-laki dan perempuan) melakukan hubungan intim karena suka sama suka atau dikarenakan salah satu pihak terpaksa melakukannya. Biasanya, dalam kasus yang kedua ini pihak perempuan yang dipaksa melakukannya (baca: diperkosa). Namun, baik karena suka sama suka atau karena terpaksa melakukan hubungan suami istri itu, kedua kasus di atas merupakan ‘kecelakaan’ sebelum pernikahan terjadi.
Ada perbedaan pendapat bagaimana sikap yang harus diambil jika pihak perempuan hamil sebelum menikah. Apakah boleh menikah sebelum anak yang dikandung lahir? Atau harus menunggu hingga bayinya lahir? Keduanya sah menurut pandangan yang berbeda. Bila mengacu pada Kompilasi Hukum Islam (KHI: himpunan hukum materiil Islam di Indonesia), dibolehkan menikah sebelum bayinya lahir. Tetapi menurut banyak ulama yang lain, pernikahan harus dilangsungkan hanya setelah bayi yang dikandung pihak perempuan lahir, artinya harus menunggu masa iddahnya (masa tunggu) selesai. Kedua perbedaan pendapat ini masing-masing memiliki alasan yang kuat dalam mengambil putusan bagi pernikahan yang diawali dengan ‘kecelakaan’. Namun di sini penulis tidak akan membahas masalah tersebut. Wallahu ‘alam.
Sebenarnya apa yang menyebabkan peristiwa MBA akhir-akhir ini meningkat? Mungkin Anda punya jawaban yang hampir sama. Tatanan sosial yang kini semakin longgar memberi kesempatan muda-mudi untuk bergaul bebas. Pun rasa malu kini kian menjauh dari wajah-wajah pelaku zaman. Dahulu, muda-mudi biasanya pulang paling malam pukul sembilan, tapi sekarang? Mungkin pukul 24.00 baru pulang dari clubbing, bermalam mingguan, dan lain-lain. Orang tua kadang memberikan kepercayaan kepada anak yang berlebihan, tanpa kontrol yang baik. Anak dibiarkan berkumpul bersama teman-temannya, dengan alasan belajar bersama, atau bahkan mungkin karaoke sampai larut malam, dibiarkan bebas berboncengan laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya. Alhasil anak cenderung memanfaatkan kelonggaran aturan itu untuk kepentingan kebebasan pribadinya.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Dan mengapa orang tua? Karena orang tua lah yang paling mengerti karakter anak-anaknya, yang tahu kebiasaan anak-anaknya, yang bisa mengarahkan anak kepada jalan yang benar. Mungkin anak muda sekarang lebih dekat kepada teman-teman mereka, namun dari temanlah kadang bencana itu bisa terjadi. Anda sebagai orang tua ataupun calon orang tua, hendaklah mempunyai tips-tips bagaimana mengatasi masalah MBA ini, bagaimana supaya perbuatan yang melanggar agama itu tidak menimpa anak-anak kita. Berikut beberapa tips yang bisa penulis sampaikan untuk meminimalisir MBA:
1.   Pakailah ajaran agama
Islam telah mengajarkan pada umatnya untuk menjauhi perbuatan zina. Dalam QS. Al-Isra’ ayat 32 Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”
Mendekati di sini artinya melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengarahkan seseorang untuk berzina, diantaranya di zaman sekarang ini: berboncengan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, berpandang-pandangan, berduaan dengan lawan jenis, pacaran, dan sebagainya. Jika anak-anak kita terhindar dari perbuatan-perbuatan tersebut, insya Allah mereka akan selamat dari perbuatan yang layaknya hanya dilakukan pasangan suami istri.
Yang lebih penting lagi, bekali mereka dengan ilmu agama dan akhlak yang baik. Ingatkan pada mereka bahwa semua perbuatan mereka ada yang mengawasi, harus bisa dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Sehingga setiap langkah mereka akan senantiasa dibayangi dengan rasa tanggung jawab.
2.   Jangan pernah putus memberikan kasih sayang kepada anak
Hal yang tak kalah penting bagi anak-anak kita selain agama adalah kasih sayang. Dengan kasih sayang yang penuh, mereka akan merasa berarti dan mempunyai tanggung jawab untuk memberikan imbal balik kepada kita sebagai orang tua. Mereka dengan sendirinya akan berlaku baik karena curahan kasih sayang kita.
3.   Jalinlah kedekatan dengan anak sedari kecil
Kedekatan dengan anak tak bisa dibangun dalam waktu singkat. Alangkah baiknya jika kedekatan kita dengan mereka telah terjalin sejak mereka masih kecil, sehingga kedekatan emosi itu ada. Dengan kedekatan emosi insya Allah anak tidak mudah untuk menjadi seorang pemberontak. Anak cenderung menjadi penurut akan kata-kata orang tua.
4.   Pilihlah lingkungan yang baik bagi anak
Pemilihan lingkungan yang positif saat anak/remaja bersekolah atau bermain sangatlah penting. Pilihlah sekolah yang agamis, berkualitas, baik dalam kualitas kurikulum maupun para pendidiknya. Dengan kurikulum dan pengajar yang baik, insya Allah anak/remaja terhindar dari pergaulan yang mengkhawatirkan di sekolahnya.
Pilihlah lingkungan rumah yang jauh dari lingkungan yang tidak terdidik. Karena pergaulan sehari-hari yang tidak terdidik/tidak baik juga bisa menjerumuskan anak/remaja pada perbuatan-perbuatan yang tidak kita inginkan.
5.   Biasakanlah anak mengonsumsi informasi yang positif
Di zaman modern seperti sekarang ini anak/remaja bisa mendapatkan informasi dari mana saja dengan mudah, di mana informasi-informasi itu bercampur-baur tidak memisahkan mana yang layak dikonsumsi anak-anak atau dewasa. Bisa melaui buku bacaan, koran, televisi, radio atau internet. Informasi mengenai  ML (making love), persalinan, atau bahkan aborsi, bisa mereka dapatkan dengan mudah. Hal-hal seperti ini sebenarnya juga berguna, tapi bagi anak-anak atau remaja pasti belum saatnya mengonsumsi informasi-informasi seperti itu.
Sejak kecil biasakanlah mereka mengonsumsi informasi yang positif. Dampingi mereka. Sehingga mereka tidak akan menyalahgunakan pengetahuan tersebut untuk hal-hal yang tidak bertanggung jawab.
Selanjutnya, apakah dengan upaya-upaya tersebut remaja kita pasti akan selamat dari perbuatan maksiat, hamil di luar nikah? Bisa saja mereka ‘kepleset’, jatuh dalam lobang itu. Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita terhindar dari bahaya tersebut. Namun, Anda tak perlu khawatir. Sebenarnya upaya terdepan kita adalah, selalu menyertai mereka dengan do’a kepada Allah SWT. Memohon kepada-Nya agar selalu melindungi mereka dari segala perbuatan dosa.
Demikian, semoga bermanfaat.

                                          

No comments

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.